Dampak Ekonomi dan Kematian Penyakit TB - Umar Fadil
News Update
Loading...

Friday 13 June 2014

Dampak Ekonomi dan Kematian Penyakit TB

----YOU ADS---
----YOU ADS---
Alhamdulillah, tulisan kali ini adalau tulisan untuk TB Indonesia Blog Competition yang sampai saat ini mengadakan lomba blog mengenai penyakit TB. Kebetulan saat ini sudah yang ke #6 dan ini juga adalah kontribusiku yang pertama dalam mengikuti blogcompetition ini.

Sesuai dengan tema, maka tulisan ini akan membahas dampak ekonomi yang ditimbulkan penyakit TB. TB atau Tuberculosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan bagi dunia. Negara Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia untuk jumlah kesus TB terbanyak setelah India, Cina dan Afrika Selatan. Perkiraan kasus TB di dunia mencapai 8,6 Juta kasus.
Sumber : blogtbfaiz.blogspot.com
Dampak Ekonomi Penyakit TB
Untuk sembuh dari sakit tidak sedikit yang membutuhkan biaya, baik biaya untuk perawatan atau pun biaya obat, dengan demikian sakit memberikan dampak ekonomi terhadap penderitanya. Lebih berdampak lagi jika penyakit yang di derita butuh proses panjang untuk bisa sembuh, misalnya TB yang membutuhkan waktu sekitar 6 bulan mengkonsumsi obat. Waktu penyembuhan bisa lebih panjang jika TB yang diidap penderita adalah TB resisten atau TB MDR.

Di Indonesia TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan peringkat 3 dari 10 penyakit pembunuh seperti, stroke, kanker dan diabetes. Menurut data Riskesdas 2007, setiap hari diperkirakan 186 meninggal karena TB

Selama ini, mungkin banyak orang berfikir bahwa dampak ekonomi suatu penyakit hanya dirasakan penderita dan keluarganya. Namun jika ditelusuri lebih lanjut ternyata bisa memberi dampak lebih besar yaitu pada negara. 

Dampak ekonomi pada penderita dan keluarga
"Sehat itu mahal lo.." begitulah ungkapan yang sering saya dengar dari orang tua dan teman-temanku. Namun tidak untuk saya, sehat itu tidak harus mahal karena ada banyak cara mudah dan murah untuk menjaga kesehatan. Sehat itu mahal ketika kita terlajur sakit yang serius karena kurang menjaga kesehatan.

Lalu, bagaimana TB memberikan dampak ekonomi kepada penderitanya? Tubercolosis umumnya menyerang penderitanya di usia yang produktif (15-55 tahun). 75% dari penderita TB berhutang untuk biaya pengobatan dan biaya sehari-hari mereka. OBAT memang sudah disediakan oleh pemerintah secara GRATIS, tetapi untuk datang ke klinik atau rumah sakit secara periodik membutuhkan biaya, biaya untuk peningkatan gizi penderita serta biaya-biaya lain yang masih belum tercover. Atau pun ada juga yang lalai dengan penyakitnya sehingga menjadi TB Resisten atau TB MDR.

Faktanya Menurut survey yang dilakukan oleh WHO penderita MDR-TB di dunia cukup besar dan cenderung meningkat. Indonesia TB MDR  menempati peringkat ke-8 dari 27 negara lainnya di dunia. Diperkirakan penderitanya sekitar 6900. 1,9% adalah TB MDR dari pasien baru dan 12% dari pasien yang sudah mengalami pengobatan.
Sumber : http://tipskesehatanlengkap.com/
Ironinya jika penderita adalah tulang punggung keluarga, penderita harus beristirahat dan tidak dapat bekerja untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Dan bisa dipastikan ekonomi keluarga akan langsung timpang. Menurut penelitian bahwasanya seseorang yang sati TB akan kehilangan 3-4 bulan masa kerjanya yang hal itu akan berdampak pada hilangnya pendapatannya sekitar 30-40% dalan setahun.

Jika penderita TB perlu di rawat, maka akan ada biaya tambahan, yaitu biaya untuk keluarga untuk mendampingi selama di rumah sakit, ongkos transportasi dan biaya makan. Dan lebih ironis lagi jika penderita sampai meninggal, maka otomatis nafkah keluarga berhenti dan bisa jadi keluarganya akan terjerumus dalam kemiskinan.

Dampak ekonomi pada negara
Dengan semakin banyaknya kasus TB dan tidak sedikit pula yang menyebabkan kematian maka memberikan dampat ekonomi terhadap negara kita. Kita tahu bahwa Obat TB itu gratis dari pemerintah, namun pemerintah tidak mendapatkan obat itu secara gratis. Tahun 2014 saja rata-rata pemerintah mengeluarkan 228 USD untuk mengobati kasus TB. Dan 10.027 USD pengeluaran negara untuk mengobati kasus TB Resistan atau TB MDR.

Jika penderita TB bertambah otomatis beban pemerintah akan bertambah. Sebaliknya jika penderita TB berkurang, dana untuk pembiayaan TB berkurang sehingga dananya  bisa digunakan untuk perbaikan di bidang pendidikan atau fasilitas publik lainnya. Karena pemerintah  mengambil sebagian dana untuk menggratiskan OBAT dan pelayanan kesehatan TB lainnya dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan bisa terganggu karena jumlah usia produktif berkurang terlebih saat ini setiap tahun ditemukan 460.000 kasus baru TB.

Mengurangi dampak ekonomi TB
Faktanya, TB selalu dikaitkan dengan kemiskinan di Indonesia sebagai penyumbang terbesar. Namun TB tidak hanya menyerang kalangan miskin, banyak juga yang menjangkiti kelas menengah perkotaan. Hal itu karena lingkungan kotor (polusi rokok dan asap kendaraan) dan pola makan tidak sehat (makan hanya berdasarkan selera lidah bukan memilih makanan sehat), sehingga daya tahan tubuh menjadi lemah dan mudah terjangkiti penyakit menular.  TB menjadi penyebab kematian no  4 setelah stroke, diabetes dan hipertensi.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan pola hidup sehat yang alami, maka kita akan menekan perkembangan kasus TB sehingga penderita TB di Indonesia lebih berkurang dan otomatis berdampak pada ekonomi pemerintahan.

----YOU ADS---
----YOU ADS---

Share with your friends

6 comments

  1. Terima kasih,
    Postingnya bagus sekali.....
    Kereeeen....

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Sama-sama humaini, terima kasih atas kunjungannya...

      Delete
  3. Replies
    1. Oke, Terima kasih Agung...
      Sangat memotifasi sekali.

      Delete

How To Use
  • Put the link on the
  • Generate Link box with http:// or https://
  • Use  CTRL + V  on keyboard to put the link.
  • Click Generate button to get encrypted link.
  • Click Copy URL button.
  • Done